Percaya Boleh Berlebihan Jangan
Percaya yang kumaksud disini bukan
percaya terhadap orang lain, melainkan percaya atau kepercayaan yang ada dalam
diri. Bukan percaya dalam diri untuk menghadapi kehidupan sosial tapi percaya
dalam diri, sebuah kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Percaya
bahwa Tuhan yang memberikan nafas kehidupan kepada manusia.
Dari seluruh umat manusia di muka
bumi ini, ada berbagai macam kepercayaan ada juga yang memilih untuk hidup
berpegang pada kepercayaan diri mereka dan tidak memiliki kepercayaan akan
adanya Tuhan. Jadi sebenarnya akan mengarah kemana tulisan ini?
Tulisan ini akan mengarah ke
pengalaman penulis yang suka menganalisis kondisi sekitarnya dan berdasarkan
dari pengalaman pribadi.
Aku hidup di tempat yang memiliki
berbagai macam suku dan agama bernama Indonesia. Di Negara ini bisa dijumpai
tempat ibadah dari 5 agama yang dibangun berdampingan contohnya yang berada di
Bali. Sebuah ciri khas yang tidak bisa dijumpai di Negara lain.
Indonesia Negara yang membebaskan
rakyatnya untuk memeluk kepercayaan apapun yang mana tentu saja tidak
menyeleweng dari dasar Negara pancasila.
Khususnya sila pertama dari pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari sila ini, dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk saling menghormati
setiap masyarakat yang memiliki perbedaan kepercayaan.
Tahukah kita tentang istilah
Etnosentrisme? Jika dapat mengingat pelajaran Sosiologi di SMA,kita pasti tahu
ini istilah yang mengambarkan kondisi masyarakat yang mengunggulkan budayanya
dengan budaya lain. Di dalam kepercayaan masyarakat secara tidak langsung, akan
tercipta budaya dan karena kepercayaan masyarakat berbeda-beda tentu budaya
yang tercipta pun berbeda, hal inilah yang dapat memicu munculnya
etnosentrisme.
Dalam hal ini ada seorang gadis
remaja, pernah mengalami kejadian yang mungkin lebih dari etnosentrisme, posisi
dimana ada seseorang yang menjelek-jelekan apa yang dipercaya gadis tersebut
dengan menyangkut pautkan kitab yang dipercayanya. Seseorang tersebut berusaha menggoyahkan
kepercayaan gadis itu dengan menjelek-jelekan kitab yang dipegang teguh
olehnya. Untungnya gadis tersebut tidak goyah dengan apa yang dipercayanya.
Seseorang tersebut ternyata menjelek-menjelekan kepercayaan gadis tersebut
dengan sebuah buku(bukan kitab), si gadis tersebut juga sempat membaca dari isi
buku tersebut tapi langsung menutupnya. Dari judul bukunya saja sudah
memuakkan, bisa dikatakan buku ini secara langsung menjelek-jelekan salah satu
kepercayaan untuk meningkatkan kepercayaan pembacanya atau mungkin menghasut
agar para pembacanya dapat pindah kepercayaan. Yang patut dipertanyakan kenapa
ada seorang penulis yang membuat buku seperti itu, mungkin tidak hanya buku
tentang kepercayaan A saja yang berusaha menjatuhkan kepercayaan orang lain masih
ada penulis lain dengan kepercayaan B to Z yang saling menjatuhkan kepercayaan
yang dianut orang-orang. Buku-buku seperti ini lah yang dapat memicu
kepercayaan yang berlebihan dan fanatik.
Percaya Boleh Berlebihan Jangan
Suatu hal jika dilakukan secara berlebihan
itu tidak baik, kenapa?
Ibaratkan saja,
Saya berlebihan mengonsumsi makanan
manis yang terjadi saya kemungkinan besar akan mengidap diabetes
Saya berlebihan mengonsumsi makanan
junk food yang terjadi saya kemungkinan besar akan mendipap kolestrol
Lalu jika saya berlebihan akan apa
yang saya percaya apa yang terjadi? Persatuan dan kesatuan antar umat beragama
di sekitar saya akan goyah.
Di dalam kepercayaan yang saya
anut, saya selalu menghormati kepercayaan yang di pegang orang lain. Tidak ada
dalam benak saya untuk menjelek-jelekan kepercayaan orang lain. Tinggal
bagaimana orang lain yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan saya bisa
menghargai kepercayaan yang saya anut.
Kalaupun ada orang lain yang
berusahan memicu emosi saya dengan menjelek-jelekan kepercayaan saya, cukup
dengarkan saja dan tidak dimasukkan dalam hati dan proses jadi pelajaran yang
bermakna.
Puji Tuhan, saya masih memiliki
kepercayaan yang bisa saya pegang sebagai pedoman hidup yang baik. Saya
bersyukur dengan apa yang saya anut sebagai kepercayaan.
Setiap orang punya hak untuk
memilih kepercayaan yang ingin mereka anut. Menurut saya, kepercayaan seseorang
harus berasal dalam dirinya bukan dari hasutan atau paksaan dari orang lain.
Dengan datangnya kepercayaan yang datang dalam diri sendiri, ini bisa menjadi kepercayaan
yang sehat. Kepercayaan yang sehat? Kepercayaan yang saling menghargai,
kepercayaan yang di dapat bukan dari ajaran yang menjelek-jelekkan kepercayaan
orang lain. Justru kepercayaan yang selalu mengajarkan untuk menghormati dan
menghargai orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Jika ada
kepercayaan yang bertolak belakang belakang dengan hal tersebut, kemungkinan
besar ini dapat memicu gesekan antar orang-orang yang memiliki kepercayaan
berbeda.
Saya harap dengan adanya tulisan
ini,para pembaca tidak berusaha saling menjatuhkan umat yang percaya tapi
justru saling membantu dan menguatkan. Khususnya untuk Indonesia dengan
kepercayaan yang berbeda-beda.
SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Comments
Post a Comment