Sistem Politik Indonesia
Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Tahun 1580 Spanyol bersatu dengan
portugis. Akibatnya Lisabon (Portugis) ditutup untuk pedagang Belanda oleh
Spanyol karena Belanda-Spanyol terlibat perang 80 tahun. Akibatnya Belanda
mencari tempat berdagang baru di Hindia Timur. Belanda datang ke Indonesa
dibawah pimpinan Cornelius de Houthman 1596 di Banten.
A. Kedatangan
VOC di Indonesia
Suasana politik di Indonesia
sebelum kedatangan VOC masih menerapkan konsep monarki (kerajaan). Tujuan utama VOC
adalah mempertahankan (monopolinya) terhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap
penduduk dikepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang Non
Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. VOC menjadi
terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan
bertujuan untuk :
1. Keperluan
ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negara Belanda.
2. Pendisiplinan
rakyat asli di Indonesia dengan sistem yang otoriter.
3. Perlindungan
untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.
Tata
politik dan pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar
rakyat di nusantara dan menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa
pribumi di masa itu.
Politik Devide at Impera atau politik
adu domba yang dianut oleh Belanda berusaha untuk memecah persatuan kerajaan di
Indonesia. Politik ini menggunakan kombinasi strategi politik, militer dan ekonomi
yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Contohnya
dengan ikut campur tangan dalam konflik antara raja-raja di Jawa misalnya
konflik antara susuhan Pakubowono III dengan pangeran Mangkubumi (Sultan
Hamengku Buwono I), maka Belanda (VOC) mendapatkan ijin untuk membangun benteng
Vredeburg di Yogyakarta (1755)
B. Politik
di Indonesia pada masa Belanda
Setelah VOC bangkrut
pada tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan di
Indonesia tahun 1814 melalui Converention Of
London, sebagai tanda Indonesia resmi dijajah Belanda. Pada masa Van Den Bosch
diterapkan sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel) 1830-1870 yang menguntungkan
hampir 528 juta gulden untuk Belanda, tetapi kesengsaraan bagi Indonesia.
Di dalam menentukan kebijakan
politik di daerah jajahan, ada dua golongan politik yang berpengaruh di
kalangan elite Belanda. Golongan pertama adalah golongan konservatif dan yang
kedua adalah golongan liberal. Golongan liberal melalui juru bicaranya Dirk Van
Hogendrop mengajukan gagasan baru bagi kebijaksanaan kolonial di Indonesia yang
ditujukan kepada kebebasan dan kesejahteraan penduduk. Kebijakan tersebut
dipengaruhi oleh revolusi Perancis.
Karena semakin meluasnya Liberalisme pelaksanaan
Tanam Paksa banyak mendapat tentangan. Puncaknya parlemen Belanda diisi oleh
golongan humanis-liberalis sehingga mempengaruhi kebijakan Belanda di
Indonesia. Maka munculah kebijakan Politik Etis.Belanda
menerapkan politik etis yang termasuk investasi yang lebih besar dalam
pendidikan bagi orang-orang pribumi dan sedikit perubahan politik.
Politik etis adalah politik balas
budi, suatu pemikiran yang menyatakan
bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan.
Yang jika diimplementasikan dalam kebijakan Belanda dimana Belanda wajib
membayar Hutang kehormatan kepada Indonesia bila di nominalkan mencapai 187
juta gulden. Politik etis berakar dari masalah kemanusiaan dan sekaligus pada
keuntungan ekonomi.
Latar belakang munculnya politik etis:
PElaksanaan
Sistem Tanam paksA (PESTA)
EKSploitasi
KEpada Rakyat (EKS-KERA)
AKibat
kRtIk GOLongan INtelektual (AKRI-GOL-IN), yang di pelopori oleh Pieter
Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus)
ternyata membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para
pribum yang terbelakang.
Tokoh politik etis
Van
Deventer, van kol (politik drainage), van hoevel (memperjuangan Indonesia di
Parlemen Belanda).
Pelaksanaan trias Van Deventer
1.
Irigasi
(pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk
keperluan pertanian.
2.
Emigrasi yakni
mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
3.
Edukasi yakni
memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Hasil politik etis
Gagal, karena
pendidikan salah sasaran, kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah, pegawai
pribumi hanya alat Belanda.
Pada masa ini Belanda
juga menerapkan politik apertheid atau politik diskriminasi warna kulit,
terlihat dalam pemilihan opsir dimana opsir menengah, opsir tinggi semuanya
terdiri dari orang-orang kulit putih. Orang-orang pribumi hanya prajurit
bawahan. Politik ini dilakukan dan ditanamkan dalam rangka memperlemah dan
merendahkan harkat martabat pribumi.
C.
Politik di Indonesia pada masa Jepang
Jepang dalam kedatangannya
ke Indonesia membuat propaganda dalam bentuk gerakan 3A ( Jepang Pelindung
Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia). Kegagalan Jepang dalam
gerakan 3A membuat Jepang menciptakan organisasi yang dipimpin oleh para
pemimpin Indonesia untuk bisa meraih dukungan rakyat yaitu organisasi pusat
tenaga rakyat (PUTERA), organisasi ini justru menjadi sarana pendidikan politik
bagi rakyat. Jepang tidak hanya membuat organisasi PUTERA saja tetapi juga Jawa
Hokokai ( Gerakan Kebangkitan Rakyat Jawa ) dan PETA ( Pembela Tanah Air ).
Jepang juga membubarkan
partai politik di Indonesia tetapi sebuah Partai Islam yaitu Majelis Islam A’la
Indonesia tidak dibubarkan karena Jepang menganggap partai ini paling anti
terhadap kekuasaan orang orang barat.
Berikut beberapa organisasi yang di
bentuk oleh Jepang, antara lain :
1. Gerakan 3A
Pada masa pendudukan Jepang, semua partai politik dibubarkan, kemudian
dibentuk
organisasi atau perkumpulan baru. Organisasi yang mula-mula dibentuk pada tahun
1942 adalah Gerakan Tiga A, dengan semboyan:
Gerakan tersebut dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuannya untuk menanamkan semangat membela Jepang. Tetapi, pada tahun 1943 gerakan itu dibubarkan karena tidak berhasil.
Gerakan tersebut dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuannya untuk menanamkan semangat membela Jepang. Tetapi, pada tahun 1943 gerakan itu dibubarkan karena tidak berhasil.
2.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dibentuk
pada tanggal 1 Maret 1943. Pemimpinnya terkenal dengan sebutan Empat Serangkai,
yaitu : Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya
adalah untuk memberikan pembelaan kepada Jepang. Tetapi bagi tokoh-tokoh
Indonesia justru untuk membina kader-kader bangsa dan menggembleng mental
rakyat agar mampu berjuang menuju kemerdekaan. Karena Jepang semakin timbul
kekhawatiran, maka pada tahun 1944 Putera dibubarkan.
3.
Jawa Hokokai ( Gerakan Kebangkitan Rakyat Jawa )
Tujuannya
untuk menggerakkan seluruh rakyat agar memberikan kebaktiannya kepada kekuasaan
Jepang. Rakyat diminta untuk membantu dalam melawan Sekutu.
4.
PETA
Pada tanggal
3 Oktober 1943 Jepang membentuk barisan sukarela yang disebut Pembela Tanah Air
atau disingkat PETA. PETA ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang dilatih
sebagai prajurit di bawah pengawasan opsir-opsir Jepang. PETA inilah yang
kemudian akan menjadi inti dari Tentara Nasional Indonesia pada zaman Revolusi
Kemerdekaan. Tujuannya agar dapat mempertahankan wilayahnya sendiri, apabila
sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya, maka disetiap
kabupaten dibentuk PETA. Nama Peta untuk tingkat kabupaten disebut Daidan, dan
dikepalai oleh seorang Daidanco.
5.
Majelis Islam A’la Indonesia ( MIAI )
Sementara
partai-partai politik dibubarkan, Jepang masih memberikan izin untuk
berkembangnya sebuah partai Islam, yaitu Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).
Karena organisasi ini bukan merupakan partai politik. Pimpinan MIAI diserahkan
kepada Wondoamisena dan K.H. Mas Mansur. Bahkan negara Nippon ini memberikan
bantuan, sebab kelompok Islam dinilai paling anti terhadap kekuasaan
orang-orang barat. Akan tetapi, pada perkembangannya organisasi ini selalu dicurigai.
Akhir tahun 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi).
6. Barisan
Pelopor
Tahun 1944,
Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Satu demi satu daerah
pendudukannya jatuh ke tangan Amerika Serikat. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan
rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuk Barisan Pelopor, sebagai
bagian dari Jawa Hokokai.
Barisan
Pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang
dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang
oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata dan Buntaran
Martoatmojo.
Melalui
berbagai pidato dari para pemimpin nasionalis, Barisan Pelopor berhasil
mengobarkan semangat nasional dan rasa persaudaraan di kalangan rakyat. Mereka
juga berlatih kesiapsiagaan militer dengan kayu dan bambu runcing.
Kebijakan
pendudukan Jepang dengan beberapa organisasi yang dibentuknya, sedikit banyak
telah memberikan keuntungan bangsa Indonesia. Organisasi seperti Putera, Jawa
Hokokai, Barisan Pelopor, telah dimanfaatkan Bangsa Indonesia untuk membina
kader-kader pejuang yang tangguh. Bahkan, secara diam-diam telah digunakan
untuk mengobarkan semangat nasionalisme demi perjuangan nasional.
Daftar
Pustaka
Ernawati Intan Rus,
Sejarah kelas XI Program Bahasa, 2009, Klaten:Cempaka Putih.
Politik pada masa
kolonial Belanda dan pemerintahannya di Indonesia, Universitas Muhammadiyah
Mataram,2010,Setevri Supriyeli.
http://ngunandiko-ngunandikoberwacana.blogspot.co.id/2012/12/divide-et-impera.html?m=1
diakses 15 Maret 2017 pukul 13.02
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.co.id/2013/05/sistem-hukum-indonesia.html?m=0
diakses 15 Maret 2017 pukul 13.02
Sukarna, Sistem politik
Indonesia volume 2, 1990, Bandung:Mandar Maju
http://socialonesmansaboy.blogspot.co.id/2016/01/tugas-kelompok-1-kebijakan-jepang-pada.html diakses 15 Maret 2017
pukul 14.10
Politik: POLITIK ETIS
MASA PENJAJAHAN BELANDA DI INDONESIA
http://politik-1988.blogspot.co.id/2011/11/politik-etis-masa-penjajahan-belanda-di.html?m=1 diakses tanggal 20 Maret 2017 pukul 11.40
Politik Etis - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas https://id.m.wikipedia.org/wiki/Politik_Etis diakses tanggal 20 Maret 2017 pukul 12.20
Sejarah Indonesia Modern
1200–2008 - Merle Calvin Ricklefs - Google Bukuhttps://books.google.co.id/books?id=ukEdtbm6kC&pg=PA327&dq=politik+masa+penjajahan+belanda+di+indonesia&hl=idsa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=politik%20masa%20penjajahan%20belanda20di%20indonesia&f=false
Comments
Post a Comment