100% INTROVERT: Sahabat atau Teman

Dimulai dari sifatnya yang Introvert, pembentukan sifat yang dimilikinya ini dipengaruhi lingkungannya. Kondisi keluarga yang tidak sempurna, berbeda kepercayaan, hubungan kedua orang tua yang tidak sempurna, yang menjadi panutannya dan mendidiknya sejak kecil hanyalah sepasang kakek-nenek. Si Intovert ini, sangat lah sayang kepada kakeknya yang selalu memanjakannya. Kadang, sewaktu kakenya bekerja dia akan bertanya kapan si kakeknya akan pulang kerja. Sifat kakenya juga intovert, tidak pernah mencampur urusan pekerjaan dengan keluarga, hanya memiliki sahabat dekat yang tidak lebih banyak dari pasangannya nenek, yang memiliki sifat yang ektrovert.
Karena sang kakek menjadi panutannya, maka si gadis Intovert ini terpengaruh dengan sifat kakeknya yang introvert. Sifat ini tidak ingin dia rubah atau hilangkan, dia merasa nyaman dalam sifat yang dia miliki ini.
Lalu bagaimana dengan pergaulan atau kehidupan sosial si Gadis Intovert ini? Dia membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi, dia lebih banyak menghabiskan waktu di kehidupan sosialnya dengan mengamati orang-orang yang berinteraksi dan menganalisi sifat mereka. Kenapa dia melakukan ini? Dia hanya ingin seseorang yang dapat memahaminya dan dapat memiliki seseorang yang dapat saling membangun untuk kesuksesan masing-masing pribadi.
Masa-masa SMP dan SMA dia lalui dengan lancar dia tidak hanya mendapatkan teman tapi juga sahabat. Sahabat yang selalu mendukungnya, sahabat yang tidak betah lama-lama untuk bermusuhan dengannya, sahabat yang bisa memahami sifat introvertnya.
Untuk mendapatkan sahabat, si Gadis Intovert ini membutuhkan waktu yang lama. Kadang kali tiap kali dia ingin berbicara dia harus melakukan sentuhan fisik, berupa mencolek badan temannya entah itu pundak atau tangan. Jika dia ingin menarik perhatian temannya dengan ucapan perkataan, sering kali ucapan yang keluar dari bibirnya hanya sebuah angin yang tidak dapat didengar oleh temannya. Dia ingin berinteraksi tapi tidak ada yang menghiraukannya, ketika tidak ada yang menghiraukannya dia hanya bicara dalam batinnya"it's okay, maybe next time", apa dia terlalu merendahkan dirinya? jawabannya adalah iya. Dia tidak pernah marah ketika orang lain yang ingin diajaknya bicara tidak menghiraukannya.
Si gadis Intovert ini, juga memiliki mood yang berubah-ubah yang juga mempengaruhi hubungannya dengan sahabatnya. Kadang ketika moodnya sedang jelek, yang dia lakukan yaitu menjauh dari temannya. Tapi ternyata dia tidak dapat jauh-jauh dari temannya, karena mereka bukan hanya teman tapi juga sahabatnya. Tempat dia bisa bersikap gila, bicara panjang lebar, tertawa bersama, melakukan hal konyol bersama, susah bersama, saling mengejek tentang kondisi fisik masing-masing yang justru dapat meningkatkan hubungan mereka dengan erat.
Lalu bagaimana kehidupan sosialnya di semester pertama dunia perkuliahan di kota metropolitan. Awalnya dia telah hidup 17 tahun di kota kecil. Di kota metropolitan, dia tinggal di tepat kos yang sederhana yang jaraknya satu kilometer dari kampusnya. Dia harus berangkat ke kampus dengan berjalan kaki, karena dia tidak dapat mengendarai kendaraan bermotor.
Kehidupan sosialnya di kampus selama satu semester....dia masih belum mendapatkan sosok baru sahabat. Dia hanya menemukan sosok teman yang datang ketika mereka butuh, dan hubungannya dengan temannya hanya seperti simbiosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Tapi dilain sisi, Si Gadis Introvert hanya merasa dimanfaatkan tapi si gadis ini juga memanfaatkan temannya. Dia belum menemukan sosok sahabat yang bisa mendengarkan keluh kesanya, membantunya tanpa meminta terlebih dahulu, yang dapat saling membangun, yang memiliki jalan pikiran yang sama atau dapat membantunya lebih baik lagi.
Satu semester yang dia lewati, dia merasa kosong...hari-hari yang dia lalui selama perkuliahan, hanya penuh semangat dalam dirinya. Pergi kuliah dengan semangat, bahwa dia harus tidak menyia-nyiakan apa yang telah diberikan neneknya untuk berkuliah, ya dia kuliah dengan biaya dari neneknya. Kampus tempatnya adalah kampu swasta, biaya yang dibutuhkan juga banyak, Untungnya di kampus ini dia bertemu kembali dengan sahabatnya SMP, untuk beberapa saat sahabat ini dapat membuatnya merasa tidak kosong.
Dan ketika dia berada dikondisi kosong, sendiri tanpa ada yang menemaninya selama di semester satu kampus swasta kota metropolitan...hanya sendiri...berjalan sendiri...bermain dengan gadgetnya....menyibukkan dirinya dengan hal-hal lain yang dapat membuatnya senang, tapi nyatanya dia masih belum sama sekali merasakan kesenangan...
Semester pertama di kampus swasta di kota metropolitan yang tidak berjalan dengan mulus dalam kondisi sosialnya, Gadis Introvert ini hanya dapat berharap dapat menemukan sahabat baru entah dia laki-laki atau perempuan yang dapat memahami sifatnya yang rumit. Sifatnya yang intovert yang perlu kesabaran untuk memahaminya.

part 1 100 % introvert
part 3 Introvert: Muak
part 4 Introvert: Big Bang of My life
part 5 Introvert: Bukan Anti sosial

Comments